Terlihat sekarang ini pandemi sudah mulai mereda dan kegiatan luar ruangan yang melibatkan banyak masa sudah diperbolehkan. Kegiatan-kegiatan mahasiswa sudah mulai diselenggarakan secara luring. Akan tetapi bukan berarti kegiatan yang bersifat daring justru menjadikan kendala untuk tetap belajar dan berproses. Apalagi sekarang ini tidak bisa terlepas dari dunia digitalisasi. Arus informasi sedemikian deras mengalir ke berbagai penjuru melalui berbagai sosial media. Perkembangan teknologi begitu cepat, hal itulah yang kini dihadapi Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), dan saat ini para calon-calon kader merupakan mahasiswa kelahiran tahun 2000 an ke atas yang mereka tergolong sebagai warga asli dunia digital.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Indonesia diperkirakan akan mengalami bonus demografi atau tingginya jumlah penduduk usia produktif pada beberapa tahun kedepan. Hal ini menjadi tantangan bagi sejumlah pihak termasuk organisasi kepemudaan, khususnya kader PMII. Upaya untuk menghadapi tantangan bonus demografi adalah mempersiapkan generasi muda untuk tetap produktif dan selalu menghasilkan karya yang berkontribusi terhadap pembangunan bangsa. Bonus demografi ibarat dua sisi mata uang. Sisi pertama, jika kader PMII dapat produktif, kreatif, dan inovatif maka bonus demografi akan menghasilkan generasi emas yang berkontribusi membangun bangsa. Sebaliknya, jika kader PMII tidak dapat memanfaatkan teknologi, tidak memiliki karya dan bahkan tidak produktif, maka fenomena bonus demografi akan menjadi bencana demografi.
Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) harus berupaya memperbaiki sistem kaderisasi dan sumber daya manusia agar menjadi SDM unggul yang siap menghadapi tantangan zaman. Bersama-sama dalam membangun organisasi dan negeri, tidak lupa membangun kapasitas diri agar mampu menghadapi situasi dan kondisi global yang semakin kompetitif. Sekarang ini produktivitas dan profesionalitas yang merupakan kunci menghadapi tantangan global. Kader PMII harus lebih banyak mengikuti dan melakukan mentoring kepada kader-kadernya, untuk tetap produktif dalam situasi dan kondisi apapun, mulai dari membuka pelatihan, webinar-webinar dan diskusi dengan tema-tema yang menarik. Terlepas dari itu, PMII bukan hanya mengakui produktifitas kadernya tanpa pernah mempersiapkan pelatihannya dan kader bisa lebih produktif dibidang masing-masing dengan adanya Lembaga Semi Otonom dan Badan Semi Otonom karena di isi oleh orang-orang yang kompeten dan cerdas.
Sebagai kader Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) diharapkan mampu menghadapi perubahan zaman yang berlangsung cepat dan kompetitif. Untuk bisa survive, sebuah komunitas atau organisasi tidak cukup dengan menggunakan kekuatan massa atau kuantitas anggota saja. Sebagai kader bangsa, kader-kader PMII harus mampu membaca tanda-tanda zaman, mempersiapkan diri untuk mengarungi tantangan yang ada dengan penuh optimis dan percaya diri. Kader PMII harus terus memperkuat skill, menambah wawasan pengetahuan dan kapasitas intelektualnya supaya bisa mampu bersaing dengan kelompok yang lainnya. Kader PMII dapat menghadapi perubahan zaman dan berperan ditengah-tengah perkembangan masyarakat. Maka dari itu, organisasi PMII dapat dijadikan sebagai wadah mengembangkan potensi dan kreatifitas para kadernya.
Pemikiran PMII harus dapat berdiaspora ke berbagai macam sektor. Di setiap sektor tersebut mereka akan memperkuat dakwah-dakwah Aswaja dan membumikan Islam Rahmatan Lil Alamin. “Kita harus mempersiapkan generasi muda Islam Indonesia yang memegang teguh Islam Ahlusunnah Wal Jamaah dan di sisi lain mereka adalah intelektual muda, ekonom-ekonom muda, dokter-dokter muda, arsitek-arsitek muda yang professional di bidangnya masing-masing. Mereka bisa berdakwah Aswaja dengan caranya masing-masing dan dijalannya masing-masing. Ini akan menjadi hal yang menarik daripada kita harus berdakwah Aswaja dari satu mimbar ke mimbar yang lain”. Tutur Gus Abe dalam acara Muktamar Pemikiran Dosen PMII dan diskusi yang bertajuk “Gerakan Pemikiran PMII Menuju Indonesia Maju 2045” diselenggarakan di UIN SATU Tulungagung.